Sabtu, 19 Februari 2011

Dinamika Nilai-Nilai Olahrga

2.1 Pengertian Nilai-Nilai Sosial dari Olahraga
Nilai sosial dari olahraga adalah sebuah proses pembauran tanpa pembatas suku, ras dan agama. Proses kesetaraan ini dipandu oleh rasa persaudaraan dalam meningkatkan kemampuan berolahraga. Nilai-nilai olahraga ini mengikuti perkembangan masyarakatnya yang bisa dilihat dari sistem perekonomian dan budayanya. Nilai-nilai kejiwaan dan sosial terlihat pada masa masyarakat komunal primitif. Sejarah menunjukkan zaman tersebut manusia berolahraga sesuai dengan peradabannya, misal berburu dengan panah atau lempar batu. Tidak ada pemenang dan pecundang, tidak ada hadiah yang diperebutkan (Warnadunia, 2009).

2.2 Fungsi Nilai-Nilai Sosial
Drs. Franz mengemukakan bahwa nilai-nilai sosial memiliki fungsi umum dalam masyarakat. Di antaranya nilai-nilai dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku. Selain itu, nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan peranannya. Contohnya ketika menghadapi konflik, biasanya keputusan akan diambil berdasarkan pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi (Sutan dkk, 1993).
Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok masyarakat. Salah satu contoh nilai solidaritas dalam bidang olahraga adalah seperti yang ditunjukkan dalam kejadian beberapa waktu yang lalu di mana salah seorang wasit karateka Indonesia dianiaya di Malaysia. Masyarakat secara spontan mengecam tindakan tersebut dan menuntut pemerintah Malaysia memohon maaf. Gelombang protes yang bertubi-tubi dan kecaman luas masyarakat menunjukkan tingginya tingkat solidaritas yang ada. Isu pemukulan wasit, untuk seketika, menyatukan sikap seluruh masyarakat bahkan menenggelamkan isu-isu domestik uta Bisakah kita mentransformasikan sikap itu dalam bentuk yang nyata, ketika ada para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dianiaya atau mati di luar negeri, melawan koruptor, eksploitasi asing, penyelundupan dan lain-lain? Sikap solidaritas, amat berkaitan erat dengan sikapfairness, yang menjunjung tinggi obyektifitas. Berlakunya nilaifairness, menunjukkan adanya kejujuran yang merujuk pada kesediaan untuk berlaku tidak memihak dan apa adanya.
Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar orang berprilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya. Seperti disebutkan di atas ada beberapa nilai dalam olahraga yang dapat diaktualisasikan dalam kehidupan kebangsaan.
Aktivitas olahraga selain difungsikan untuk mencapai prestasi tinggi, juga mampu digunakan sebagai media pendidikan, sarana rekreasi, sarana terapi dan kesehatan jasmani dan rohani para pelakunya. Lebih-lebih pada era modernisasi ini, kedudukan olahraga semakin kompleks sebagi sarana untuk kontak dan interaksi sosial pada strata masyarakat tertentu, atau olahraga telah mampu mendobrak batas stratifikasi sosial yang selama ini memisahkan para pelakunya (Adi dan Mu’arifin, 2001).

2.3 Nilai-Nilai Olahraga
Macam-Macam Nilai-nilai itu adalah (Franz, 1987):
1. Persatuan
Nilai persatuan merupakan nilai yang mutlak dalam olahraga. Pengertian persatuan bukan hanya dalam olahraga yang bersifat kelompok saja tetapi juga individual. Persatuan wujud dalam bentuk keterikatan yang kuat di antara sesama pemain, pelatih, pengurus dan juga pendukungnya. Tanpa ditunjang adanya persatuan mustahil suatu individu atau tim dapat melakukan atau bahkan memenangkan pertandingan dengan baik.
2. Kerjasama dan kekompakan
Aspek kerjasama sangat penting dalam sebuah olahraga, terutama olahraga yang dilakukan secara berkelompok. Kerjasama dan kekompakan mutlak dilakukan jika sebuah tim menginginkan kemenangan dalam suatu permainan. Bagaimanapun tingginya skill individual yang dimiliki para pemain serta bagusnya pelatih maupun official yang ada, jika tidak dibarengi dengan kerjasama yang kuat maka akan sia-sia saja. Kerjasama dalam hal ini bukan hanya intern di antara para atlet saja tetapi semua pihak yang bertanggungjawab terhadap tim, termasuk pelatih dan seluruh official di dalamnya.
3. Persahabatan
Meskipun dalam sebuah kompetisi antar kelompok masing-masing tim saling berhadapan, bersaing secara sengit dan berusaha mengalahkan satu sama lain, namun begitu permainan usai atau di luar acara permainan, masing-masing individu atau kelompok tetap harus menganggap lawannya sebagai sahabat. Jangan sampai beberapa insiden yang terjadi di dalam pertandingan dibawa-bawa keluar, yang justru memperuncing masalah. Para pemain sepatutnya dapat memilah-milah antara urusan pribadi dengan urusan kemanusiaan. Ketika bermain, setiap atlet dituntut untuk berusaha semaksimal mungkin dapat mengalahkan lawannya, berjuang sekuat-kuatnya. Namun ketika pertandingan selesai, terlepas kalah atau menang setiap atlek tetap harus memperlakukan lawannya secara terhormat dan manusiawi, sehingga tidak boleh menghina, dicederai atau merendahkannya, tetapi disikapi sebagai “teman bermain” atau partner untuk membentuk suatu permainan bersama. Jai didalam kompetesi terdapat kooperasi, dan didalam kooperasi terdapat kompetisi yang kesemuanya terikat oleh aturan yang disepakati sebagai norma-norma yang akan menjamin kelancaran, ketertiban, dan keamanan suatu permainan.
4. Saling menghormati
Penghormatan di antara masing-masing individu maupun tim dalam olahraga menunjukkan adanya penghargaan serta ketulusan satu sama lain yang sudah menjadi kewajiban bersama. Meskipun di antara mereka terdapat berbagai perbedaan, mulai dari latar belakang politik, ekonomi, sosial, budaya, geografis, dan lain-lain, namun tetap harus dipandang sama dan dihormati sebagaimana layaknya.
5. Sportifitas
Aspek sportifitas merupakan salah satu segi yang sangat penting dalam dunia olahraga. Dengan sportifitas dimaksudkan bahwa individu atau kelompok bersikap kesatria,gentle, dan jujur dalam permainan. Dalam pengertian ini pemain berlakufair dan terbuka, tidak melakukan kecurangan maupun tipudaya tertentu terhadap lawan-lawannya. Sportifitas lebih menunjukkan adanya sikap tanggung jawab seorang atlet. Sikap sportif yang menjunjung tinggi kejujuran menjadi tolok ukur, sekaligus asas kompetisi yang sehat dan bermutu. Sportifitas lebih menunjukkan adanya sikap tanggungjawab seorang atlet.
6. Fairness
Ditandai dengan sikap obyektif yang terbuka dan tidak memihak. Dalam olahraga, sikapfair nes s atau fair play mengacu pada permainan yang bersih, tidak curang atau dikotori tipu muslihat, baik yang berasal dari para atlet sendiri maupun wasit dalam pertandingan. Karena itu, mutu dari suatu olahraga dapat dikatakan baik kalau dilakukan secarafair , di mana semua pihak melakukannya dengan cara-cara yang jujur dan adil.
7. Ketekunan dan Kerja Keras
Hal ini terlihat bagaimana para atlet dan seluruh tim sejak awal, dalam jangka waktu tertentu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun secara rutin berlatih menempa diri, mempersiapkan pertandingan yang dihadapi. Sampai pada gilirannya mereka membuktikan kemampuannya, yang berakhir dengan kekalahan maupun kemenangan. Cerminan dari kerja keras dan ketekunan tersebut benar-benar ada ketika mereka menjalani proses demi proses yang melelahkan. Proses ini jelas membutuhkan kesabaran dalam menahan diri, maupun keseriusan dalam berlatih. Ini merupakan bagian dari perjuangan. Beberapa nilai yang dijelaskan di atas, sesungguhnya tidak berdiri sendiri, melainkan terkait satu sama lain. Nilai-nilai yang satu memiliki sifat komplementer terhadap yang lain, yang dalam prakteknya saling menunjang. Terlepas dari adanya beberapa kekurangan di sana sini, dalam bidang keolahragaan kita dewasa ini, namun hal tersebut tidak mereduksi pentingnya kandungan nilai-nilai luhur itu sebagai sumber inspirasi untuk ditransformasikan dalam kehidupan kebangsaan. Meskipun bidang keolahragaan hanyalah bagian kecil dari subsistem kehidupan kita, namun eloklah kiranya jika nilai-nilai itu, secara luas dapat diterapkan sebagai model.